(ini bagian terakhir dari yang pertama, klo lom baca, mending baca yang pertama dulu soalnya ini lanjutan)
........
Klo buat yang baru nikah, orang akan belajar terikat, mengenal pasangannya secara utuh (khan kata orang-orang klo orang udah merit, busuk2nya baru ketahuan, yah moga2 aj kaga sih, gua gak tau, wong lom nikah kok)
(nah, ini lanjutannya yah..)
Ketika sesorang menjadi orang tua, dia juga akan belajar, belajar untuk mengerti bahwa kehidupannya akan benar-benar menjadi berubah (entah membaik atau pun memburuk), sebagian orang akan sangat bahagia ketika mempunyai anak, tetapi tidak sedikit pula yang justru menjadi repot ketika memiliki anak (maka itu tidak sedikit orang tua yang malah "membenci" keberadaan anaknya, anak yang seharusnya menciptakan suatu kebahagiaan justru menjadi sumber "kerepotan"). Hal ini biasanya terjadi karena orang tua tidak mau belajar untuk mengerti anaknya, mereka seringkali membentuk anaknya sesuai dengan apa yang mereka inginkan, bukan membiarkan anak mereka tumbuh sebagaimana mereka inginkan, pentingnya pengertian dari orang tua bahwa anaknya adalah individu sendiri yang memiliki hidupnya sendiri, tugas orang tua hanyalah mengarahkan agar anak-anak bisa berjalan dengan benar, bukan menjadikan anak-anak mereka sesuai dengan keiniginan mereka (sekalipun maksudnya baik).
Seiring dengan berjalannya hidup, akan ada kepergian orang-orang yang kita kasihi, baik berapapun umur kita, entah kita masih muda ataupun sudah tua. Akan ada waktu dimana ayah, ibu, saudara, anak, pasangan, sahabat-sahabat terbaik kita yang akan pergi, karena hidup adalah sesaat, seperti asap, yang kelihatan namun sebentar saja lenyap. Di saat seperti itu kita harus belajar untuk menerima kepergian orang-orang yang kita kasihi, yang akhirnya adalah menerima bahwa hidup kita pun akan berakhir, menerima bahwa tidak ada orang yang akan hidup selamanya di dunia ini.
Lantas apakah yang harus dilakukan, apakah tindakan dan pikiran pesimis akan muncul setelah mengetahui bahwa hidup akan berakhir, sama sekali tidak, justru kesadaran bahwa hidup adalah belajar, dan jika kita tidak mau belajar maka kita akan sulit menjalankan hidup. Menyadari bahwa hidup adalah suatu proses belajar, dimana manusia mempelajari hidup itu sendiri jauh lebih berharga dari pada pasrah dan menerima keadaan hidup.
Akhir kata dari penulis, mari kita menerima keadaan kita, bila kita terpuruk maka mari kita belajar menerima keadaan tersebut, pengharapan selalu ada dan tidak akan pernah hilang; bila kita sedang bahagia maka mari kita melihat orang-orang di sekeliling kita, belajar untuk peduli, membagikan kebahagiaan dan kasih yang kita miliki, karena hidup tidak akan pernah hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk setiap orang yang kita kenal dan kita kasihi.
Seseorang bayi lahir, dia menangis dan sekelilingnya tertawa...
Seseorang meninggal. sekelilingnya menangis dan dia tertawa...
2 comments:
keren jg... sep abis kung.. wwkwkwk.. keep writing!!!
yap setuju bgt..
bagus bgt tulisan u yg ini--i like it
life is learning..
ini berlaku untuk segalanya,,tapi belajar untuk melupakan itu termasuk juga ga???hehehe
Post a Comment